Selasa, 07 April 2009

Belajar sambil bermain

Mempraktikkan permainan-permainan matematika berikut ini:

1. Perburuan / Pencarian Sesuatu dengan Buku (Book Scavenger Hunt)

Ini adalah permainan (game) yang mengajarkan perhitungan dan urutan nomor (pertama, kedua, ketiga, …). Hal pertama yang dilakukan adalah berikan sebuah buku untuk masing-masing anak. Akan lebih baik lagi dan akan menghemat waktu apabila semua anak menggunakan buku yang judul dan edisinya sama, namun ini tidak menjadi keharusan. Idenya adalah anak-anak membacakan jawaban berupa sebuah kalimat atau dua kalimat atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Yang pertama bisa membacakan jawaban adalah pemenangnya.

Contoh pertanyaan ”Temukan huruf ke-5 dari paragraf ke-3 pada halaman ke-11 setelah halaman 101?”. Anak-anak kemudian akan mencari kata ini dan menulisnya. Anda bisa juga bisa memberikan soal matematika, seperti ”Cari halaman yang dua puluh satu kurangnya dari delapan puluh empat dan temukan kata ke-7 dalam paragraf kedua dari akhir halaman?” Tingkatkan kerumitannya untuk anak-anak yang lebih tua dan permudah untuk anak-anak yang lebih muda.


2. Bentuk-bentuk Gambar

Permainan-permainan matematika untuk anak-anak, khususnya untuk anak yang lebih muda, bisa didapat dari gambar-gambar di buku atau buku mewarnai. Permainan ini menggunakan sebuah gambar yang mempunyai bentuk-bentuk yang jelas di dalamnya, misalnya balon untuk lingkaran, pintu untuk segi empat, dll, kemudian lihatlah siapa yang bisa menemukan bentuk tersembunyi yang paling banyak. Untuk anak yang lebih tua Anda dapat menambahkan bentuk-bentuk yang lainnya seperti segi delapan (octagons), silinder, dan kerucut.

3. Mencari Arah

Ini adalah permainan matematika besar untuk grup yang lebih besar. Ide pokoknya adalah untuk menunjukkan bahwa permainan matematika untuk anak-anak tidak harus hanya dilakukan dengan duduk manis di meja dengan pensil di tangan. Permainan ini dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan menggunakan sebuah keset kaki (mat), di halaman luar dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata, sedangkan yang lainnya akan memberikan petunjuk arah untuk pasangannya.

Tujuannya adalah untuk anak-anak yang memakai penutup mata agar mengikuti petunjuk-petunjuk sehingga dia sampai ke tujuan akhir pada keset kaki yang disediakan. Triknya adalah anak yang memberi petunjuk hanya boleh memberi petunjuk-petunjuk angka dan hanya boleh menggunakan angka-angka seperti berapa langkah kaki, dan kata-kata maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri. Anda dapat memberi rintangan-rintangan seperti bola pantai sehingga mereka harus melakukan manuver untuk sampai ke tujuan akhir keset kaki. Anak-anak yang memberi petunjuk harus tetap di tempatnya pada saat memberikan petunjuk. Pastikan permainan ini diawasi oleh orang dewasa yang dapat memastikan bahwa anak-anak tidak bertabrakan satu sama lainnya dan terjatuh.

4. Permainan Papan (Board Game)

Permainan papan memberikan banyak pilihan kreativitas dan cara-cara menarik untuk mengajari konsep-konsep matematika untuk anak-anak. Ada banyak permainan matematika dalam bentuk permainan papan, antara lain Yahtzee dan Rummikub. Ada banyak juga permainan papan untuk anak-anak yang bisa diubah menjadi sarana melatih kemampuan matematika. Salah satu contoh adalah bermain Scrabble dan berikan tiga kali lipat point untuk setiap istilah matematika yang diucapkan.

5. Mencari Pasangan Kartu Matematika

Caranya adalah Anda menulis sebuah soal matematika pada sebuah kartu indeks, menggunakan pertambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Kemudian Anda membuat soal matematika lainnya pada kartu indeks berikutnya, yang mana soal tersebut berbeda namun memiliki jawaban yang sama dengan soal sebelumnya. Setelah Anda membuat sekitar dua belas sampai dua puluh kartu, kemudian kartu-kartu ini diletakkan terbalik. Pada saat seorang anak membuka dua kartu dengan jawaban yang sama mereka kemudian menyimpannya. Anak yang paling banyak mendapatkan kartu-kartu tersebut pada akhir permainan adalah pemenangnya.

Dengan permainan-permainan tersebut di atas, belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan/tugas.

FYI: Untuk membesarkan anak cerdas mungkin anda perlu membaca artikel ini: Cara Membesarkan Anak Cerdas.

Sumber: Math Games For Kids, Sarah Holts, http://www.IncreaseBrainPower.com

Membaca penting lho..Bapak-Ibu

Mengajarkan anak membaca di usia dini bagaikan mengukir di atas batu, sementara mengajarkan mereka di usia remaja bagaikan mengukir di atas air.

Mengajarkan anak membaca di usia balita memang susah-susah gampang. Apalagi jika mereka masih senang bermain-main lantaran mentalnya belum siap untuk menerima pelajaran yang tergolong ‘berat’.

Sebenarnya, sambil bermain anak bisa diajarkan membaca. Caranya bisa bermacam-macam. Berikut ini ada beberapa tips kreatif mengajarkan membaca pada anak yang menarik dan menyenangkan antara lain:

1. Mengajak anak menghapal beberapa tulisan yang ada di sekitarnya dalam lembaran karton berwarna yang bercetak gambar plus tulisan yang cukup tebal, seperti gelas, buku, topi, baju, celana, dan lain sebagainya.


2. Jika anak masih belum mau belajar juga, cobalah cara lain yang lebih menyenangkan seperti halnya permainan.
Contohnya bermain tebak kartu dengan mencocokkan kartu-kartu yang bergambar dengan kartu yang hanya berisikan tulisan. Misalnya kartu bergambar baju dengan kartu yang bertuliskan baju. Untuk memudahkan bisa diberi petunjuk dengan warna-warna yang sama.

3. Akan lebih baik dan menyenangkan bila Anda memiliki komputer di rumah.
Dengan beberapa software yang tersedia di pasaran, Anda bisa mengajarkan anak membaca sekaligus bermain dan terampil dalam mengoperasikan komputer.

Dalam software yang tersedia di beberapa toko buku besar, biasanya bukan hanya berisikan materi pelajaran semata namun juga sarat dengan aneka permainan edukatif yang merangsang anak untuk belajar membaca.

Walaupun bisa dilakukan secara mandiri, di sini peran orang tua diperlukan.

Niscaya dengan metode pembelajaran yang tepat, anak-anak sudah bisa membaca di usianya yang masih balita.
(Sumber Klasika kompas)

Buat Para Orang Tua

Membesarkan anak dengan baik memang tidak mudah bagi pasangan suami istri yang bekerja. Dengan 10 panduan berikut mereka dapat menjalankan tugas sebagai orang tua dan berkarier secara seimbang.

Lebih dari tiga puluh tahun terakhir, dengan pelbagai alasan sosioekonomi semakin banyak pasangan suami-istri yang harus bekerja. Kegiatan masing-masing anggota keluarga di luar juga meningkat, akibatnya waktu berkumpul antara anak dan orang tua atau saudara-saudara mereka semakin sedikit. Anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama pengasuh atau malah bermain sendiri di rumah.

Kecenderungan ini, menurut Daniel Amen, M.D., direktur medis The Center For Effective Living, akan menimbulkan dampak sosial serius jika orang tua tidak memberikan kepemimpinan yang kuat kepada anak-anak mereka. Psikiater anak, remaja dan dewasa ini menyodorkan sepuluh panduan untuk membesarkan anak secara sehat dalam keluarga dengan kedua orang tua bekerja.

1. Waktu.
Hubungan orang tua-anak yang baik memerlukan waktu yang memungkinkan mereka berkumpul secara fisik. Tidak perlu berjam-jam. Yang penting, orang tua secara konsisten meluangkan sedikit waktu bersama anak-anak hampir setiap hari. Ketika bersama mereka, jauhkan gangguan dan konsentrasikan perhatian kita kepada mereka. Waktu adalah tonggak penyangga pengasuhan yang baik.

2. Jadilah pendengar yang baik.
Bila anak-anak mengetahui bahwa kita benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan, mereka akan lebih bersemangat untuk berbagi perasaan dan pikiran. Sebaliknya, kalau orang tua merendahkan gagasan anaknya atau "rajin" mengkritik kata-katanya, anak itu akan menarik diri dan memilih lebih dekat pada teman. Karenanya, jika ingin memiliki pengaruh dalam kehidupan anak, mari menjadi pendengar yang baik. Mereka akan menerima kita bila kita membantu mereka memecahkan masalah.

3. Tentukan harapan yang jelas.
Memberitahukan anak apa yang kita harapkan darinya akan membentuk perilaku yang baik. Jangan ragu-ragu melibatkan mereka dalam pekerjaan sehari-hari dan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas di lingkungan rumah. Kebanyakan anak pasti akan mengeluh. Begitupun, kita harus berusaha agar mereka senang dilibatkan. Pada anak yang berperan serta dalam urusan rumah tangga, akan tumbuh etika kerja dan umumnya ia lebih merasa menjadi bagian dari keluarga.

4. Jangan membiarkan rasa bersalah.
Banyak orang tua merasa bersalah karena bekerja seharian di luar rumah. Sebagai kompensasinya, mereka membiarkan anak berperilaku buruk dan tidak disiplin. Orang tua yang baik adalah yang tegas. Merasa bersalah merupakan tindakan kontraproduktif.

5. Jangan menggantikan kasih sayang atau waktu dengan uang.
Memang penting untuk mengajarkan anak-anak bagaimana mengelola uang, tetapi jangan gunakan uang sebagai pengganti waktu atau kasih sayang kita. Pesan materialistis di televisi mudah sekali merasuki anak dan membangkitkan keinginan mereka untuk membeli ini dan itu. Bagaimana kita dapat membentengi mereka dari pengaruh buruk ini? Kita buat mereka untuk selalu berusaha bila ingin memperoleh sesuatu. Sesuatu yang diperoleh melalui bekerja, akan lebih terasa nilainya.

6. Jangan terlalu sering gonta-ganti pengasuh.
Satu dari kebutuhan psikologi yang penting pada anak adalah bahwa ia terasuh dengan baik dan penuh kasih secara terus-menerus. Oleh karena itu kita memerlukan pengasuh. Dengan menggunakan pengasuh kecemasan kita akan berkurang selama kita bekerja. Namun sebelum menyerahkan anak pada seorang pengasuh, berikanlah kesempatan untuk terciptanya keakraban dan kedekatan antara anak dan si calon pengasuh. Sering gonta-ganti pengasuh dapat membahayakan anak. Untuk mencari orang yang tepat atau situasi yang baik bagi anak, kalau perlu, pergilah ke tempat yang jauh!

7. Kuncinya: pengawasan.
Sering kali ketika ditinggalkan orang tua, anak terjerumus dalam masalah. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah sering berasal dari keluarga yang kurang atau tidak diawasi. Anak-anak tidak begitu saja tahu sejak lahir, mana perilaku baik, mana yang buruk. Mereka perlu diajari dan kemudian diawasi. Karenanya, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui di mana anaknya, sedang bersama siapa, dan sedang ngapain. Memang, anak sering mengeluh kalau ia diawasi ketat, tetapi anak-anak yang tidak diawasi juga sering merasa bahwa orang tua mereka tidak peduli dengan mereka!

8. Beri perhatian lebih saat ia baik.
Ini bagian paling berat sebagai orang tua. Kita cenderung lebih memperhatikan anak-anak ketika mereka menjengkelkan. Sebaliknya, jauh lebih sulit untuk memperhatikan perilaku baik mereka. Namun, jika ingin anak berperilaku baik, berilah perhatian pada hal-hal yang kita sukai dari mereka. Kalau anak merasa diabaikan, secara bawah sadar ia akan berperilaku salah untuk menarik perhatian kita. Memperhatikan mereka sewaktu mereka baik, memang memerlukan usaha.

9. Hukuman itu untuk mendidik.
Orang tua yang bekerja di luar rumah, cenderung mengalami kelelahan dan mudah jengkel. Maka mereka lebih mudah kehilangan kontrol terhadap anak-anak. Ini dapat menimbulkan masalah. Jangan pernah menghukum anak ketika kita sendiri tidak dapat mengontrol diri. Gunakan hukuman untuk mendidik, bukan untuk melampiaskan kemarahan. Berikan teladan dalam relasi.

10. Anak belajar berelasi dari orang tua mereka.
Mereka juga merasa paling aman jika melihat orang tua saling memperlakukan pasangannya dengan baik. Maka hal terbaik yang dapat dilakukan bagi anak-anak kita adalah mencintai pasangan kita.

( Sumber : Milis, from NKC)
dhanipard